Opini

Wal Mart

Rabu, 29 Januari 2020 - 09:55 WIB

Penulis :

Haryo Ardito*
Tags : Walmart, DMC
Wal Mart
Walmart/Istimewa

Sam Moore Walton mendirikan Wal-Mart bersama Bud Walton di Rogers, Arkansas pada tahun 1962. Keduanya dilahirkan dalam keluarga miskin. Pekerjaan Sam pada masa kecil adalah memeras susu sapi, mengemasnya dalam botol, dan mengedarkan susu sapi tersebut. 

Ia juga bekerja  mencari uang tambahan sebagai penjual surat kabar. Namun akhirnya bisa menjadi salah satu orang paling kaya di dunia dengan jaringan toko ritelnya, Wal-Mart.

Pada awalnya Toko Sam merupakan toko waralaba dari The Butler Brothers. Dengan pertolongan Bud Walton, mertua dan saudara iparnya, Sam membuka toko di Ruskin Height, di dekat kota Kansas dalam pusat pertokoan. Kemudian membuka toko yang lebih besar yang diberi nama Walton’s Family Center. Akhirnya Sam bersama Bud mendirikan Wal-Mart. 

Strategi awal yang digunakan adalah toko dengan diskon. Strategi ini merupakan yang pertama di dunia. Lima tahun kemudian Wal-mart telah memiliki 24 cabang dengan penjualan 12,6 juta dolar. Pada 1970, Wal-Mart membuka pusat distribusi yang pertama dan kantor pusat di Bentonville, Arkansas serta memperdagangkan saham yang pertama kali. Kemudian Wal-Mart disetujui dan didaftar di New York Stock Exchange. 

Pada tahun 2003, perusahaan ini telah beroperasi di lebih dari 4.000 toko di seluruh dunia. Pada tahun 1999, dengan 1.140.000 rekanan bisnis, Wal-Mart menjadi perusahaan swasta terbesar di dunia.

 

Sederhana, Namun Berdampak Besar

Setiap pemimpin pastilah memiliki gaya dan kekuatan masing-masing. Seorang Sam Walton dikenal sangat suka mengungkapkan sisi positif dari seseorang, kemudian mengucapkan terima kasih pada seseorang karena keistimewaan yang mereka lakukan. Walton juga adalah seorang yang menghargai masukan dari orang lain. 

Dia selalu mengajukan pertanyaan pada siapa pun yang dianggapnya bisa memberinya masukan. “Maukah Anda mengunjungi pusat distribusi kami? Setelah itu tolong katakan pada saya, apa yang perlu diperbaiki.” “Menurut Anda, bagaimana konsep toko baru kami? Apa yang mesti dilakukan WalMart?” Hal ini menunjukkan bahwa Walton sangat terbuka terhadap masukan bahkan kritik yang ditujukan padanya, sementara cukup banyak pemimpin merasa alergi terhadap kritikan orang lain. Tindakan sederhana ini ternyata punya pengaruh nyata bagi pelanggan maupun mitra kerja.

Sam Walton bukanlah orang yang suka membuang waktu dan energi. Saran-saran dari pelanggan bukan hanya ditampung tanpa follow up yang jelas, namun ia menuliskannya dalam buku catatan yang selalu dibawanya, atau merekamnya dalam kaset. Setelah itu dia mengambil tindakan berdasarkan saran itu. Tindakan inilah yang pada akhirnya membuktikan kepeduliannya pada pelanggan.

Walton juga seorang pemimpin yang dekat dengan karyawannya. Seringkali keangkuhan para eksekutif puncak menjadi salah satu penyebab jatuhnya sebuah perusahaan. Mereka cenderung membangun jarak (gap) dengan karyawan lini depan. Semakin besar perusahaan, biasanya semakin besar pula kemungkinan para pemimpin tersebut kehilangan kontak dengan lini depan perusahaan. 

Namun tidak demikian halnya dengan Sam Walton, ia adalah seorang pemimpin yang bersahaja dan rendah hati. Sepanjang hidupnya, ia sering mengunjungi lini depan dari setiap tokonya. Gaya kepemimpinan Sam Walton yang dekat dengan karyawan tersebut mewarnai budaya perusahaan Wal-Mart hingga saat ini.. #semangatleadership #diehard

 *penulis adalah perintis Digital Marketing Club (DMC)