Kritik Konstruktif Buat Elit, Mengubah Warteg Menjadi Wahana Investasi
Penulis :
Sumantri Hasan
Share :Belajar pada Warung Tegal Kharisma. Kali ini saya buat kritik konstruktif buat para elit dan yang merasa elit di Indonesia. Dengan mengambil sampel warung tegal sebagai unit analisis.
Elit mainstream yang menjadi unit analisis saya ada empat; Prabowo Subianto, Joko Widodo, Anies Baswedan, dan Sandiaga Salahuddin Uno.
Kenapa keempatnya diulas? Karena mereka melakukan mediasi warung tegal baru sebatas pencitraan bukan policy konkrit.
Jejak digital membuktikan itu. Praktek impresi itu dilakukan keempat elit di atas di Jakarta sebagai epicentrum politik nasional.
So, sampel dilakukan pada konstituen masyarakat Jakarta yang heterogenitasnya mewakili Indonesia pikir konsultan public relations mereka masing masing.
Dan pikir mereka pula bahwa pemilih Jawa sangat menentukan karier politik mereka nantinya.
Jakarta dan OKOCE
Keempat elit di atas melakukan pencitraan khas di Warung Tegal (warteg) yang ada di Jakarta. Dengan harapan mencuri hati pemilih mayoritas masyarakat jawa yang masih terbesar.
Joko Widodo (Jokowi) dan Anies Baswedan berhasil gilang gemilang. Keduanya naik ke tahta singasananya. Tapi belum dibuat beruntung bagi Prabowo dan Sandi.
Jakarta saat ini sebagai cermin Indonesia di bawah kendali Jokowi dan Anies harusnya melihat kembali potensi warung tegal.
Tapi okelah mungkin ini bukan urusan saya meminjam logika Jokowi. Lalu bagaimana dengan "trio macan" Prabowo, Anies dan Sandi? Apa akan bilang, bukan urusan saya juga?
OKOCE dan Warteg Kharisma
Naiknya Anies, janji politiknya dulu bersama Sandi otomatis legacy Politiknya berupa besutan OKOCE dinanti gebrakan konkritnya.
Gebrakan konkrit bukan pada berapa jumlah pelatihan dibuat tapi pada ekspansi pertumbuhan ekonomi para anggotanya.
Agar keberadaan gerakan One Kecamatan One Center membumi baiknya belajar pada ekspansi Warung Tegal Kharisma yang menjamur di sudut sudut wilayah Kecamatan di Jakarta.
OKOCE akan terasa berdaya guna jika melakukan terobosan setingkat lebih maju dari apa yang dilakukan saudara saudara kita Perkumpulan investor Warteg Kharisma.
Menjamurnya warteg Kharisma telah menerapkan prinsip-prinsip manajemen modern. Tidak saja branding Kharisma dilakukan tapi juga penampilan dan menu masakan yang ketat dan lezat. Beda dengan warteg pada umumnya.
Selain itu, dan ini yang lebih penting menerapkan urunan atau investasi kekeluargaan bagi arisan keluarga besar Kharisma. Ini menarik, gotong royong bukan di bibir tapi di laku perbuatan.
Dengan kemampuan anggarannya pemerintah DKI rasanya bisa memberikan stimulus konkrit dari apa yang di mulai warteg kharisma.
Kharisma Jokowi dan Anies berawal dari situ bukan? Bahkan Anies ada tambahan sedikit yaitu semangat angkringan Jogja.
Jokowi dan Anies utamanya berdayakan warteg-warteg yang ada di Jakarta sebagai produk wahana investasi melalui gerakan OKOCE.
Ada banyak teori keuangan terkait itu. Bisa belajar sama Jokowi soal soal sekuritisasi aset sebagaimana ia mengajarkan pada CEO BUMN Summit.
Anies pun basicnya seorang Ekonom pasti lebih paham dari penulis.
Tapi saya disini hanya membawakan studi kasus. Agar kembali lagi belajar pada apa yang dilakukan local jenius "Warung Tegal Kharisma".
Menjadikan Wong Cilik Sebagai Aset
Semangat kumpulan dari kehangatan berwarga negara tercipta. Ambil contoh, bisa dibuat produk keuangan apikatif Reksa Dana Warteg Jakarta.
Reksa Dana basic penerapannya menguasai sekuritisasi aset. Wacana sekuritisasi aset bukan barang mewah milik taipan properti dan Presiden saja.
Uangnya dari mana? Bulan Mei 2019. Bank Indonesia merilis data pertumbuhan ekonomi Jakarta kwartal pertama 2019 di angka 6,24%. Turun memang dari tahun sebelumnya di angka 6,41%. Tapi masih lebih jawara di banding daerah daerah lain. Pun di bandingkan pertumbuhan nasional. Tahun 2018, pertumbuhan ekonomi nasional 5,01 kini naik tipis 5,07.
Kemampuan anggaran DKI dan antusias semangat gerakan OKOCE emak emak utamanya harus disalurkan secara baik dan tepat lewat wahana investasi yang resmi.
Anies boleh jadi bangga dan bersyukur berhasil mendatangkan devisa dengan menjadi tuan rumah Formula E. Tapi itu tidak membumi.
Akan membumi jika kembalikan "kharisma" yang sempat direbutnya itu pada upaya menciptakan warung tegal di Jakarta goes internasional. Itu baru membumi.
Bisa dibayangkan berapa banyak efek domino dari Warteg Goes Internasional. Kaum muda dan emak emak antusias ikut investasi bahkan lapangan kerja ikut tercipta sebagaimana Warung Tegal Kharisma buktikan dalam lingkup kecil kekeluargaan. Ketimbang pelatihan motivasi dan event event sporadis buat para anggota OKOCE.
Jika Anies terbatas sumber daya manusianya mewujudkan Warteg Goes International. Bisa kolaborasi dengan elemen civil society yang ada semisal Rumah Siap Kerja.
Agar Rumah Siap Kerja dan atau optimalisasi OKOCE bukan hanya dari satu pelatihan ke pelatihan. Tidakkah dipikir untuk datang ke pelatihan harus pakai bensin dan boleh jadi ada yang berhutang loh sekadar untuk bisa ikut pelatihan.
Anies yang sekarang Gubernur Indonesia predikat netizen +62 perlu turun tangan konkrit mengalokasikan anggaran OKOCE jangan menjadi "sonya ruri".
Jika tidak berani maka buatlah wahana investasi resmi Investasi Warung Tegal. Toh sudah ada bukti konkrit.
Tren global pun bergeser apalagi dalam suasana prihatin pandemik sekarang ini.
Pergeseran paradigma iti adalah bahwa pengambil kebijakan publik harus melihat wong cilik sebagai aset bukan beban (liabilities) dalam perlakuan akuntansi negaranya. (Michael Sherraden, 2001).
Disclaimer: Tulisan ini adalah Opini dari Penulis. Tulisan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan hukumbisnis.net terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada Penulis Opini. Redaksi hukumbisnis.net akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.